1. Pengenalan
Komunitas ASEAN 2015
ASEAN Community 2015 adalah tempat dimana sepuluh
negara ASEAN datang bersama sama untuk membangun kehidupan yang lebih baik bagi
semua orang. Sebenarnya ASEAN Community baru akan terbentuk tahun 2020 tapi
dari hasil KTT ke-12 ASEAN, disepakati
pembentukan Komunitas ASEAN dari tahun 2020 dipercepat menjadi tahun
2015. Sebelum mendengar ASEAN Community 2015 mungkin kita sebelumnya hanya
mengenal ASEAN, karena ASEAN telah dibentuk sejak tahun 1967 namun kita dapat
melihat bagaimana kerjasama antar negara ASEAN masih sangat terbatas,
diharapkan dengan dibentuknya ASEAN Community 2015 ini dapat memperluas
kerjasama antar negara di ASEAN. Dasar terbentuknya ASEAN Community 2015 ini
ditopang oleh tiga pilar utama, yaitu Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN,
Komunitas Ekonomi ASEAN, Komunitas Sosial dan Budaya ASEAN. Setiap pilar utama
mempunyai tujuannya masing-masing dan pada makalah ini akan lebih fokus
membahas mengenai Komunitas Ekonomi ASEAN 2015.
2.
Tujuan Ekonomi ASEAN 2015
Tujuan dibuatnya Ekonomi ASEAN 2015
yaitu untuk meningkatkan stabilitas
perekonomian dikawasan ASEAN, dengan dibentuknya kawasan ekonomi ASEAN
2015 ini diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar
negara ASEAN, dan untuk di Indonesia diharapkan tidak terjadi lagi krisis
seperti tahun 1997.
3.
Ekonomi ASEAN 2015
Indonesia akan memasuki era Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015, dimana dengan tujuan yang baik itu diharapkan mampu membawa
perubahan untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia agar lebih baik. Apabila kita
melihat lebih jauh dibalik tujuan untuk meningkatkan stabilitas perekonomian
antar negara ASEAN artinya sisi lain yang dapat kita lihat bahwa sama saja
seperti meliberalisasikan arus barang, tenaga kerja, investasi dan modal.
Liberalisasi arus barang artinya akan terjadi pengurangan dan penghilangan
hambatan tarif. Liberalisasi modal akan dilakukan dengan meniadakan aturan
administrasi yang menghambat penanaman
modal, artinya semua orang yang masuk kawasan ASEAN dapat menanamkan modalnya
dinegara ASEAN secara lebih mudah. Selain itu adanya liberalisasi tenaga kerja
dimana kita bebas mencari lapangan pekerjaan tidak hanya di dalam negeri
melainkan dikawasan ASEAN.
4.
Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015
Dalam beberapa hal, Indonesia
dinilai belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Namun banyak
peluang yang dapat kita lihat dari Ekonomi ASEAN 2015 ini. Banyak kalangan yang
merasa ragu dengan kesiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015. Dalam kekhawatiran mengenai terhantamnya sektor-sektor usaha dalam negeri
kita, jika kita mengingat bagaimana hubungan bilateral Indonesia dengan China.
Kini China mampu menguasi pasar domestik kita yang pada akhirnya dapat
mengganggu stabilitas Indonesia. Tentunya hal ini tidak ingin terjadi pada
Indonesia apabila era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 nanti akan membuat semakin
terpuruknya usaha-usaha dan produk lokal. Kita tidak ingin sektor usaha
khususnya kelas mikro, kecil dan menengah harus mati karena tidak mampu
bersaing dengan masuknya produk dari sembilan negara lainnya. Banyak hal yang
bisa dilakukan untuk menyelamatkan produk dalam negeri oleh pemerintah, namun hal terpenting yang
sebaiknya dilakukan adalah meningkatkan daya saing Indonesia. Berdasarkan fakta
peringkat daya saing Indonesia periode 2012-2013 berada diposisi 50 dari 144
negara, masih berada dibawah Singapura yang diposisi kedua, Malaysia diposisi
ke dua puluh lima, Brunei diposisi dua puluh delapan, dan Thailand diposisi
tiga puluh delapan. Melihat kondisi
seperti ini, ada beberapa hal yang menjadi faktor rendahnya daya saing
Indonesia menurut kajian Kementerian Perindustrian RI yaitu kinerja logistik,
tarif pajak, suku bunga bank, serta
produktivitas tenaga kerja. Jika kita menilai terlihat industri Indonesia masih
belum siap untuk menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 karena masih
banyaknya masalah yang belum menemui titik terang seperti lemahnya terhadap
pengawasan produk-produk impor, penyelundupan, isu keamanan yang mengganggu investasi,
serta mahalnya tarif terminal handling charge.
Ada beberapa cabang industri yang
perlu ditingkatkan daya saingnya agar dapat mengamankan pasar dalam negeri
yaitu cabang otomotif, elektronik, pakaian jadi, alas kaki, makanan dan
minuman, serta funitur. Mungkin beberapa cabang industri lain Indonesia masih
lebih unggul dari negara tetangga akan tetapi pada sektor industri jasa
Indonesia dianggap sama sekali tidak memiliki keunggulan. Tantangan lain dalam
sektor industri adalah mengenai upah minimum, kepastian hukum, biaya
transportasi barang terlampau mahal. Kekhawatiran lain juga terjadi akibat
lemahnya daya saing sumber daya manusia
bangsa, hal ini tercermin dalam rendahnya kualitas SDM di Indonesia.
Berdasarkan fakta yang dirilis Human Development Index Indonesia masih berada
di posisi 121 dari 185 negara, itu artinya masih perlu pembenahan dalam
memaksimalkan daya saing SDM di Indonesia melalui kesempatan pendidikan, dan
kesehatan. Masalah yang kita lihat mengenai kualitas SDM sebenarnya hanyalah
salah satu masalah mendasar yang dialami Indonesia. Tanpa SDM yang berkualitas
rakyat didaerah tidak mampu mengolah kekayaan alam yang berlimpah menjadi
produk yang bernilai ekspor. Peningkatan SDM yang masih menjadi pekerjaan rumah
bangsa Indonesia ini tak kunjung usai. Apabila era Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015 nanti telah datang, kita mesti sadar bahwa semua ini menuntut kita untuk
bisa meningkatkan kualitas SDM jika tidak jangan berharap bahwa era Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015 menjadi peluang besar, bisa jadi akan menimbulkan masalah
yang sama tapi lebih besar. Contoh dari kasus yang terjadi nanti ketika
memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dimana semua tenaga kerja dapat
mencari pekerjaan dikawasan ASEAN dengan beberapa profesi yang disepakati untuk
bebas bekerja di negara-negara ASEAN seperti perawat, arsitek, dokter, akuntan,
dan lain-lain dan segala kemudahan yang didapat namun masalah yang dipastikan
akan terjadi apabila SDM di Indonesia tidak mampu bersaing mendapatkan
pekerjaan tersebut, bisa kita bayangkan berapa persentase pengangguran dengan
sebagian kecil orang yang mampu bersaing dengan sembilan negara lainnya,
sudah pasti tingkat pengganguran akan
jauh lebih besar. Dalam waktu yang cukup singkat ini sebelum memasuki era
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, bangsa Indonesia sebaiknya berbenah untuk memperbaiki
kualitas SDM melalui mutu pendidikan yang merata tanpa kesenjangan sehingga
kita akan percaya diri untuk bersaing dengan bangsa lain. Selain dua hal
tersebut kekhawatiran lain muncul dari segi infrastruktur, menurut data
kementerian keuangan anggaran infrastruktur tahun ini mncapai 206 triliun
rupiah atau naik dibanding tahun lalu, namun rasionya masih dibawah 2% dari PDB
meskipun setiap tahun anggaran infrastruktur mengalami kenaikan tetap belum
signifikan untuk meningkatkan
pembangunan. Minimnya anggaran infrastruktur dan masalah regulasi yang
kurang jelas membuat pembangunan infrastruktur terhambat. Padahal apabila ada
kejelasan regulasi akan ada investor yang menanamkan modalnya. Kualitas dan
kuantitas infrastruktur di Indonesia sudah tidak mampu mendorong percepatan
pembangunan ekonomi padahal Indonesia sebentar lagi akan memasuki era
Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dimana semua ini menuntut adanya infrastruktur
yang memadai untuk menunjang percepatan pembangunan ekonomi. Yang paling
krusial adalah membenahi infrastruktur serta biaya logistik, saat ini Indonesia
biayanya mencapai 16% dari total biaya produksi padahal normalnya hanya berkisar 9-10%.
ANALISIS
Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015 bukan hanya sekedar tempat bertemunya semua negara ASEAN
tapi bisa dilihat sebagai ajang pertandingan ekonomi. Mengenai kesiapan
Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 mungkin banyak
penilaian bahwa Indonesia belum siap
tapi terlepas dari kesiapan Indonesia sangat mempunyai potensi dan juga modal
yang kuat karena memiliki wilayah geografis yang luas serta ditunjang dengan
Sumber Daya Alam yang melimpah, apabila dapat dikelola dengan baik bukan hal
yang tidak mungkin Indonesia menjadi pemenang di era perdagangan bebas nanti.
Dari sisi lain kita harus menghilangkan keraguan dan kekhawatiran mengenai
kurang siapnya SDM di Indonesia, Infrastruktur, serta ketakutan akan matinya
sektor usaha khususnya kelas mikro, kecil dan menengah. Semua itu mempunya
jalan keluar yang sudah bisa
direalisasikan hanya butuh kesadaran, komitmen, fokus dan kerja keras dari
semua pihak untuk bersama-sama mensukseskan program ini, sehingga Indonesia
akan mendapatkan manfaat lebih banyak yang tercermin dari tumbuh pesatnya
pembangunan ekonomi di Indonesia. Serta masih ada beberapa hal yang perlu
ditangani oleh Indonesia dalam menyambut Masyarakat Ekonomi Asean 2015 ini
seperti:
·
Kurangnya Sosialiasi, jika kita bertanya pada pelaku ekonomi di daerah
mengenai wacana MasyarakatEkonomi ASEAN 2015 kita akan bertanya kembali apakah
mereka mengetahui atau bisa jadimendengar pun tidak pernah, padahal hanya
tersisa waktu satu tahun terakhir tapi sosialisasimasih sangat kurang.
Mengantisipasi dampak negatif dan positif dapat dilakukan dengansosialisasi
yang baik, khususnya untuk pelaku ekonomi daerah dan pemerintah
daerah.Sebenarnya mereka mempunyai peran penting dalam menghadapi persaingan
global, yangdiinginkan adalah pengusaha didaerah harus bangkit agar menjadi
pemain utama tidak hanya jadi sekedar penonton.
·
Pekerjaan Rumah Lainnya dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015,
Selain kekhawatiran terhadap sekor usaha, kualitas SDM dan infrastrukur
adamasalah lain yang masih menjadi pekerjaan rumah yang belum menemukan titik
terangterhadap solusinya yaitu masalah korupsi dan birokrasi yang tidak
efisien, pemberantasankorupsi saat ini masih berorientasi pada menindak pelaku
korupsi belum pada penciptaan pembangunan sistem yang mencegah. Selain itu
defisit neraca perdagangan menjadi masalahyang mendasar, serta menjaga stabilitas
moneter.
·
Mempersiapkan Langkah Strategis, Pelaksanaan kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) 2015 sudah di depanmata. Indonesia harus mulai mempersiapkan diri jika
tidak ingin menjadi sasaran masuknya produk-produk negara anggota ASEAN. Indonesia
harus banyak belajar dari pengalaman pelaksanaan free trade agreement (FTA)
dengan China, akibatnya China menguasai pasarkomoditi Indonesia. Tidak ada
pilihan lain selain menghadapi dengan percaya diri bahwa bangsa Indonesia mampu
dan menjadi lebih baik perekonomiannya dalam keikutsertaanMasyarakat Ekonomi
ASEAN 2015 ini.Beberapa langkah strategis yang perlu dilaksanakan oleh
pemerintah ialah dari sektorusaha perlu meningkatkan perlindungan terhadap
konsumen, memberikan bantuan modal bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah,
memperbaiki kualitas produk dalam negeridan memberikan label SNI bagi produk
dalam negeri agar memiliki nilai ekspor sehinggamampu bersaing, mendorong
swasta untuk memanfaatkan pasar terbuka. Dalam sektorinvestasi, Indonesia dinilai
akan menjadi negara yang lebih banyak diuntungkan karenadiharapkan investasi
asing mampu tumbuh pesat di Indonesia.Dalam sektor tenaga kerja Indonesia perlu
meningkatkan kualifikasi pekerja,meningkatkan mutu pendidikan serta
pemerataannya dan memberikan kesempatan yang samakepada masyarakat. Sektor
infrastruktur perlu adanya perbaikan infrastruktur fisik melalui pembangunan
atau perbaikan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, jalan tol,
pelabuhan, dan restrukturisasi industri.Selain itu, perlu adanya sosialisasi
kepada masyarakat luas mengenai adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 sehingga
masyarakat memiliki kesadaran yangdiharapkan mampu menumbuhkan rasa percaya
diri dan kesiapannya ketika era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 datang.Kita akan
mampu menghadapi berbagai macam tantangan dalam datangnya eraMasyarakat Ekonomi
ASEAN 2015 apabila kita mempunyai daya saing yang kuat, persiapanyang matang,
sehingga produk-produk dalam negeri akan menjadi tuan rumah dinegeri sendiri
dan kita mampu memanfaatkan kehadiran Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 untuk kepentingan
bersama dan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
·
Hambatan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Hambatan yang dihadapi oleh pekerja Indonesia untuk
bekerja di negara ASEANadalah mengenai bahasa dan perbedaan peraturan kerja,
maka perlu ditingkatkan kemampuan bahasa dan pemahaman aturan di negara-negara
ASEAN.